Terkadang yang tak terlihat penting memang sangat diabaikan. Hal sepele disekitar kita juga
bisa menjadi bermanfaat bila kita pikirkan dan memaknainya. Seperti hanya 'Kancing Baju'.Pernakah
diantara Anda memikirkan tentang pelajaran yang diberikan dari sebuah Kancing
Baju? Tidak? Kancing Baju adalah sebuah benda kecil yang berwarna dan berbentuk
beragam sesuai dengan motif baju yang kita gunakan. Namun ada pelajaran yang
sangat berharga dari sebuah Kancing Baju tersebut. Apa dan bagaimana pelajaran
yang bisa diberikan dari sebuah Kancing Baju?
Kita mungkin tidak menyadari
betapa berharganya sebuah kancing baju kita ini, pernah suatu ketika ketika
saya sedang kehilangan sebuah kancing baju. Saat itu saya sedang bermain dengan
teman-teman dan kancing baju saya hilang satu buah, entah dimana? Tetapi saya
tidak memperdulikannya karena bagi saya itu hal kecil yang sangat sepele,
hingga pada suatu ketika saya baru sadar baju bagus yang saya gunakan ini tidak
berguna ketika kancing bajunya hilang. Saya mulai merasa tidak suka
dengan baju tersebut, baju tersebut sudah tidak bagus lagi dan saya merasa malu
memakainya karena salah satu kancing dibaju itu hilang. Mama saya sudah
berusaha mengantinya dengan kancing baju yang lain. Memang baju tersebut bisa
dipakai kembali, tetapi keharmonisan dan keseragaman mulai tak nampak lagi.
Sulit sekali mencari Kancing Baju yang sama persis dengan yang sudah hilang
tersebut.
Pelajaran yang bisa kita
ambil dari ‘Filosofi Kancing Baju’ adalah jika kancing baju jatuh, lepas, atau hilang
segera cari dan simpan dengan baik untuk dipasang kembali. Jika kita asumsikan
dalam kehidupan ini, jika kita memiliki orang yang kita sayang kita harus menjaga
orang yang kita sayang itu dan jangan sampai lepas. Jika kita kehilagan orang
yang kita sayang kita akan merasakan kehilangan yang amat sangat, memang kita bisa
mencari yang lain. Tetapi tidak akan bisa sama dan persis dengan yang sudah
hilang.
Filosofi kancing baju ini
saya ambil dari kehidupan saya sendiri. Saat orang tua saya bercerai, saya
tidak terlalu ambil pusing. Memang sedih. Tapi saya cuek akan segala hal karena
saya berpikir apa yang akan saya lakukan tidak akan mengubah segalanya. Tidak ada
yang bisa diperbaiki. Jika ada tidak akan bisa kembali seperti semula. Layaknya
gelas kaca, jika kita jatuhkan ke lantai pasti akan pecah dan jika kita satukan
kembali tidak akan sebagus sebelum gelas itu pecah berkeping-keping bukan? Dan saya
juga berpikir keadaan itu tidak akan berbeda dengan keadaan-keadaan sebelumnya.
Saat semuanya baik-baik saja. Ya. Saya masih bisa bertemu dengan papa saya
dengan mudahnya, saya masih bisa mendapat kasih sayang dari kedua orang tua
saya
Tapi seiring berjalannya
waktu…. Semua yang saya pikirkan SALAH BESAR. Semuanya berbeda 180 derajat. Saya
berpikir semuanya tetap sama seperti dahulu kala. Apa yag saya bayangkan sangat
berbeda dikehidupan nyata. Keadaan membuat saya susah bertemu dengan papa saya.
Keadaan memaksa saya untuk menjauh dari papa secara perlahan. Semua yang saya
bayangkan selama ini hilang ketika mengetahui mama saya akan menikah lagi. Benar.
Saya masih bisa mendapatkan kasih sayang seorang ibu dan kasih sayang seorang
ayah secara lengkap dirumah. Tetapi akankah kasih sayang itu sama seperti kasih
sayang yang papa saya berikan. Kasih sayang yang muncul dengan sendirinya saat
saya pertama hadir di Dunia ini? Tentu saja tidak. Pria asing yang baru masuk
dikehidupan saya tidak akan memberikan kasih sayangnya sepenuhnya kepada saya. Saya
tahu dia pasti lebih memprioritaskan kasih sayangnya kepada mama saya,bukan
saya.
Waktu terus berjalan,hari
pun terus berganti. Mulai dari hari senin kembali ke senin lagi hingga bertemu
bulan baru. Lamanya waktu yang saya lewati ini, saya belum pernah melihat sosok
laki-laki itu lagi. Iya,beliau laki-laki pertama yang saya lihat ketika saya
mulai bisa melihat. Laki-laki yang membuat saya hadir di Dunia ini. Laki-laki
yang tidak akan pernah menyakiti saya sedikitpun. Saya kehilangan beliau, terakhir
saya bertemu saat mama saya pergi umroh. Saya tidak pernah melihat sosok itu
lagi setelah itu. Saya menyesal atas apa yang saya lakukan,atas tindakan bodoh
yang saat itu saya tunjukan. Mengapa saat mereka bercerai justru saya cuek? Harusnya
saya berpikir bagaimana caranya mengembalikan keluarga ini menjadi keluarga yang
indah lagi? Bukan malah acuh tak acuh seperti itu. Jika saat itu saya mencari
cara untuk mengembalikan mereka (orang tua saya) mungkin tidak akan seperti ini
keadaannya. Saya tidak akan kehilangan papa saya, dan tidak ada orang asig yang
masuk dikehidupan saya. Keluarga saya tetap menjadi keluarga yang indah.
Tetapi nasi telah menjadi
bubur,semuanya sudah terjadi dan waktu tidak akan bisa berputar lagi. Penyesalan
selalu datang diakhir. Mungkin semua ini jalan terbaik yang diberikan Allah,
Allah memberikan banyak cobaan dihidup saya karena Allah sayang pada saya.
Allah ingin meihat seberapa saya kuat dalam menhadapi berbagai ujian yang
diberikannya, Allah ingin melihat lebih banyak mana tangisan atau senyuman,
kalimat syukur atau kalimat mengeluh dan menyerah atas keadaan yang saya
ucapkan. Saya percaya Allah mempunyai rencana yang jauh lebih indah dari yang
saya duga.
Keren banget ^_^ .
BalasHapusSangat bijaksana
BalasHapusSangat mengesankan
BalasHapus