Minggu, 15 Maret 2015

Filosofi Kancing Baju


Terkadang yang tak terlihat penting memang sangat diabaikan. Hal sepele disekitar kita juga bisa menjadi bermanfaat bila kita pikirkan dan memaknainya. Seperti hanya 'Kancing Baju'.Pernakah diantara Anda memikirkan tentang pelajaran yang diberikan dari sebuah Kancing Baju? Tidak? Kancing Baju adalah sebuah benda kecil yang berwarna dan berbentuk beragam sesuai dengan motif baju yang kita gunakan. Namun ada pelajaran yang sangat berharga dari sebuah Kancing Baju tersebut. Apa dan bagaimana pelajaran yang bisa diberikan dari sebuah Kancing Baju?
Kita mungkin tidak menyadari betapa berharganya sebuah kancing baju kita ini, pernah suatu ketika ketika saya sedang kehilangan sebuah kancing baju. Saat itu saya sedang bermain dengan teman-teman dan kancing baju saya hilang satu buah, entah dimana? Tetapi saya tidak memperdulikannya karena bagi saya itu hal kecil yang sangat sepele, hingga pada suatu ketika saya baru sadar baju bagus yang saya gunakan ini tidak berguna ketika kancing bajunya hilang. Saya mulai merasa tidak suka dengan baju tersebut, baju tersebut sudah tidak bagus lagi dan saya merasa malu memakainya karena salah satu kancing dibaju itu hilang. Mama saya sudah berusaha mengantinya dengan kancing baju yang lain. Memang baju tersebut bisa dipakai kembali, tetapi keharmonisan dan keseragaman mulai tak nampak lagi. Sulit sekali mencari Kancing Baju yang sama persis dengan yang sudah hilang tersebut.

Pelajaran yang bisa kita ambil dari ‘Filosofi Kancing Baju’ adalah  jika kancing baju jatuh, lepas, atau hilang segera cari dan simpan dengan baik untuk dipasang kembali. Jika kita asumsikan dalam kehidupan ini, jika kita memiliki orang yang kita sayang kita harus menjaga orang yang kita sayang itu dan jangan sampai lepas. Jika kita kehilagan orang yang kita sayang kita akan merasakan kehilangan yang amat sangat, memang kita bisa mencari yang lain. Tetapi tidak akan bisa sama dan persis dengan yang sudah hilang.
Filosofi kancing baju ini saya ambil dari kehidupan saya sendiri. Saat orang tua saya bercerai, saya tidak terlalu ambil pusing. Memang sedih. Tapi saya cuek akan segala hal karena saya berpikir apa yang akan saya lakukan tidak akan mengubah segalanya. Tidak ada yang bisa diperbaiki. Jika ada tidak akan bisa kembali seperti semula. Layaknya gelas kaca, jika kita jatuhkan ke lantai pasti akan pecah dan jika kita satukan kembali tidak akan sebagus sebelum gelas itu pecah berkeping-keping bukan? Dan saya juga berpikir keadaan itu tidak akan berbeda dengan keadaan-keadaan sebelumnya. Saat semuanya baik-baik saja. Ya. Saya masih bisa bertemu dengan papa saya dengan mudahnya, saya masih bisa mendapat kasih sayang dari kedua orang tua saya
Tapi seiring berjalannya waktu…. Semua yang saya pikirkan SALAH BESAR. Semuanya berbeda 180 derajat. Saya berpikir semuanya tetap sama seperti dahulu kala. Apa yag saya bayangkan sangat berbeda dikehidupan nyata. Keadaan membuat saya susah bertemu dengan papa saya. Keadaan memaksa saya untuk menjauh dari papa secara perlahan. Semua yang saya bayangkan selama ini hilang ketika mengetahui mama saya akan menikah lagi. Benar. Saya masih bisa mendapatkan kasih sayang seorang ibu dan kasih sayang seorang ayah secara lengkap dirumah. Tetapi akankah kasih sayang itu sama seperti kasih sayang yang papa saya berikan. Kasih sayang yang muncul dengan sendirinya saat saya pertama hadir di Dunia ini? Tentu saja tidak. Pria asing yang baru masuk dikehidupan saya tidak akan memberikan kasih sayangnya sepenuhnya kepada saya. Saya tahu dia pasti lebih memprioritaskan kasih sayangnya kepada mama saya,bukan saya.
Waktu terus berjalan,hari pun terus berganti. Mulai dari hari senin kembali ke senin lagi hingga bertemu bulan baru. Lamanya waktu yang saya lewati ini, saya belum pernah melihat sosok laki-laki itu lagi. Iya,beliau laki-laki pertama yang saya lihat ketika saya mulai bisa melihat. Laki-laki yang membuat saya hadir di Dunia ini. Laki-laki yang tidak akan pernah menyakiti saya sedikitpun. Saya kehilangan beliau, terakhir saya bertemu saat mama saya pergi umroh. Saya tidak pernah melihat sosok itu lagi setelah itu. Saya menyesal atas apa yang saya lakukan,atas tindakan bodoh yang saat itu saya tunjukan. Mengapa saat mereka bercerai justru saya cuek? Harusnya saya berpikir bagaimana caranya mengembalikan keluarga ini menjadi keluarga yang indah lagi? Bukan malah acuh tak acuh seperti itu. Jika saat itu saya mencari cara untuk mengembalikan mereka (orang tua saya) mungkin tidak akan seperti ini keadaannya. Saya tidak akan kehilangan papa saya, dan tidak ada orang asig yang masuk dikehidupan saya. Keluarga saya tetap menjadi keluarga yang indah.
Tetapi nasi telah menjadi bubur,semuanya sudah terjadi dan waktu tidak akan bisa berputar lagi. Penyesalan selalu datang diakhir. Mungkin semua ini jalan terbaik yang diberikan Allah, Allah memberikan banyak cobaan dihidup saya karena Allah sayang pada saya. Allah ingin meihat seberapa saya kuat dalam menhadapi berbagai ujian yang diberikannya, Allah ingin melihat lebih banyak mana tangisan atau senyuman, kalimat syukur atau kalimat mengeluh dan menyerah atas keadaan yang saya ucapkan. Saya percaya Allah mempunyai rencana yang jauh lebih indah dari yang saya duga.  



3 komentar: