Rabu, 11 Maret 2015

ARTI SEBUAH KATA "TEMAN"


Hai nama ku Annisa Rahma. Dari lahir aku selalu dibenci oleh orang yang ada di dekatku. Bahkan sampai sekarang tidak ada yang mau berteman denganku. Mereka membenci ku karna keadaanku, aku terlahir sebagai anak miskin,bertubuh cacat (hanya mempunyai satu setegah kaki) dan tidak punya ayah. Sebenarnya aku punya ayah tapi entah kemana ayah pergi aku tak tahu dan ibuku telah meninggal ketika aku berumur tiga tahun. Maka dari itu aku selalu dibenci dengan orang lain.

     Aku tinggal bersama nenek ku di sebuah rumah kardus kecil dan kumuh di daerah tempat pembuangan akhir (TPA), nenek ku adalah orang yang paling aku sayang karna dia yang merawat ku dari kecil dan satu-satunya orang yang tidak membenci aku. Dari kecil aku sudah bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup ku dan nenek ku, aku juga tidak pernah merasakan indahnya duduk di bangku sekolah, yaaah maklumlah keadaan ekonomi memaksa ku untuk tidak bersekolah, meskipun aku tidak sekolah aku selalu belajar dikit demi sedikit dari buku yang kadang aku temukan di sampah.

     Aku sempat berpikir dan bertanya pada nenek ku “nek,kenapa hidup ku ini terasa keras dan tak adil. Aku hidup miskin! Tidak mempunyai kaki! Dan tidak ada orang yang mau berteman dengan ku! Aku ingin mempunyai kehidupan seperti mereka,seperti remaja-remaja pada umumnya! Mereka tidak pernah bersusah payah memikirkan susahnya mencari uang untuk kebutuhan hidup mereka, mereka mempunyai tubuh lengkap, memiliki banyak teman dan orang tua lengkap! AKU MENYESAL HIDUP SEPERTI INI,TUHAN TAK ADIL PADA KU!

     Dengan sabar dan sambil tersenyum nenek pun menjawab “kenapa harus menyesali hidup mu nak, hidup tidaklah sekeras itu. Kamu memang mempunyai banyak sekali kekurangan tapi dibalik itu kamu juga punya banyak kelebihan. Memang mereka lebih beruntung dibandingkan kamu, tapi apakah mereka juga memiliki banyak kasih sayang dikehidupannya seperti kamu? Mungkin tidak. Bersukurlah dengan hidup yang kamu miliki sekarang,tuhan memberikan mu keadaan seperti ini bukan karna dia tidak adil,tapi dia ingin kamu belajar memaknai hidup ini”

     Aku pun terdiam seketika dan merenungi omongan nenek barusan, mungkin nenek benar harusnya aku tidak perlu sesengsara ini meratapi hidup harusnya aku dapat memaknai hidup ini dan belajar untuk masa depan ku nanti. Aku pun juga harus percaya bahwa takdir gak bisa nentuin segalaya dan roda pasti berputar, mungkin sekarang ini aku berada dibawah tapi suatu saat nanti aku akan berada diatas.

Suatu hari ada beberapa relawan datang ke daerah rumah ku, mereka berkunjung selama 3 hari. Mereka orang yang sangat baik, selama 3 hari mereka berkunjung mereka membantu banyak hal, contohnya mereka memberi bantuan makanan yang sangat banyak, fasilitas rumah tangga, mengajarkan kami belajar, dan yang paling aku senang adalah mereka memberikan bantuan sekolah gratis kepada kami yeeeeeay. Aku merasa senaaang sekali, dan aku membayangkan dengan bersekolah aku bisa mendapat banyak teman.

Kini waktunya bagiku masuk ke sekolah untuk menuntut ilmu dan mencari teman. Tetapi apa hasilnya? Ternyata sekolah tidak seperti yang aku bayangkan, sama saja di sekolah yang aku dapatkan hanyalah ejekan dari anak-anak yang lain, aku pun juga masih tidak mempunyai teman. Tujuanku bersekolah adalah menuntut ilmu. Tapi, aku terlahir dengan kemampuan yang payah. Jadi, apa yang aku lakukan untuk menjadi hebat di sekolah selalu mengalami kegagalan. Tapi aku tidak akan menyerah untuk melangkah maju. Aku terus berusaha agar aku menjadi pintar. Walaupun hasilnya selalu mengecewakan, aku tidak akan pernah menyerah.
 
Saat pulang sekolah aku berniat untuk jalan-jalan di pasar. Saat aku berhenti di sebuah toko mainan, aku merasa tertarik dengan salah satu baarang dagangan yang ada disitu yaitu boneka hello kitty yang dipajang di depan toko tersebut. “Waaah ada boneka hello kitty bagus sekali.” Ucapku dengan rasa senang. Tiba-tiba si penjaga toko tersebut keluar dan meyuruhku pergi. “Pergi sana! anak miskin bertubuh cacat tidak berguna, jangan dekat-dekat toko ku!. Pasti kamu tidak akan mampu membeli barang-barang yang ada disini!.” Jawab penjaga toko tersebut. “Tapi aku hanya melihat-lihat saja Paman. Aku juga sadar diri bahwa aku tidak akan mampu membeli barang disini.” Jawabku. “Alaaah banyak alasan!! Saya tau kamu menginginkan boneka ini, sudah jangan lama-lama disini, ambil saja bonekanya, cepat pergii !!” Jawab penjaga toko dengan melemparkan boneka itu ke arahku. “Paman aku bukanlah sampah tempat kau membuang boneka ini, aku adalah Annisa, aku memang anak cacat yang tidak berguna tapi bukan berarti paman bisa menginjak-injak harga diri ku!” Teriak ku pada penjaga toko tersebut. Lalu aku lari menjahui toko itu dan pulang.

Saat aku pulang nenek pun sudah menunggu ku di depan rumah. “assalamualaikum nek” “waalaikumsalam nak, gimana sekolahnya tadi? Pasti menyenangkan kan?” dengan wajah sedih aku pun menjawab “enggak nek, sama saja aku tidak mendapatkan teman malah mendapat banyak ejekan” “sudah sudah gapapa pasti nanti kamu akan mendapat banyak teman kok” “mungkin” berjalan degan muka sedih dan meninggalkan nenek.

Suatu sore, saat aku sedang berjalan di dekat sungai, aku melihat ada seorang anak yang duduk di tepi sungai tersebut. Dia terus melihatku. Dengan menatap matanya aku merasakan bahwa dia mengerti akan perasaan dan keadaan yang aku alami sekarang. Sejujurnya aku ingin sekali untuk berhenti dan berbicara dengannya. Tapi aku malu untuk memulai berbicara dengannya. Hingga pada akhirnya, aku memutuskan untuk tetap berjalan dan pergi darinya.

     Keesokan harinya, aku bertemu dengannya lagi disekolah. Setelah aku perhatikan dia sangat sangat keren, sehingga para anak perempuan di sekolah tergila-gila dengannya. Dalam pelajaran di sekolah pun dia juga termasuk anak yang pintar. Sehingga dia membuatku semakin iri dengannya. Sejak saat itulah aku menganggap dia adalah saingan ku.

     Saat pertama dia di sekolah aku sangat membencinya. Tapi pada suatu hari saat aku di bully oleh Diki dan kawan-kawannya yang terkenal paling berkuasa di sekolah, “heeh anak cacat ngapain kamu ada di sekolah ini, kamu anak miskin gak pantes sekolah disini!” ujar diki sambil menyenggol tongkat ku “emang orang cacat dan miskin gak boleh sekoah apa? Aku kan juga pingin belajar!” saut ku “ya enggak lah, emang mampu bayar?hahaha” ujar teman Diki. Aku hanya terdiam dan menagis, tiba-tiba dia datang untuk menolongku.
Sambil mengulurkan tangan “jangan nangis, ayo sini aku bantu berdiri” “Diki! Gak seharusnya kamu menghina dia. Semua orang berhak sekolah, bukan berarti dia cacat dia gak boleh belajar.”
Tanpa menghiraukan perkataan cowok yang ada di sungai Diki pun langsung pergi meninggalkan ku dan cowok itu, lalu dia membantu ku berdiri dan mengambilkan tongkat ku. Saat aku melihat dia membela aku perasaan benci yang aku rasakan seketika hiang.
Mulai saat itulah aku berkenalan dengannya secara resmi.
“Oh iya, kita belom kenalan ya. Kenalin nama ku Christian Xavindra aku kelas X-MIA1. Kamu bisa manggil aku Tian kok” ujarnya sambil mengulurkan tangan.
“Ooooh… ternyata namanya adalah Christian Xavindra” saut ku dalam hati
“kenalin, aku Annisa Rahma aku kelas X-MIA3 kamu bisa manggil aku Nisa” jawabku sambil membalas uluran tangannya.
Sejak saat itulah kami menjadi teman dan anggapanku sebagai saingan ku telah hilang ditelan waktu.

     Aku dan Tian pun bercerita tentang banyak hal. Ternyata Aku dan Tian memiliki beberapa kesamaan, pertama aku dan tian sama-sama suka makan bakso,yang kedua kita sama-sama senang menggambar, yang ketiga kita sama-sama bercita-cita menjadi penulis terkenal, kita juga sama-sama suka dengan Raditya Dika.

Kita suka Raditya Dika karna dia itu hebat! Dia adalah seorang penulis terkenal dan hebat, selain itu dia bisa membuat film dari novel yang ia tulis sendiri dan dia juga ikut berperan dalam film itu. Raditya Dika adalah seorang yang humoris, ia selalu bisa membuat orang tertawa dalam film maupun dalam novelnya. *loh kok jadi cerita tentang Raditya Dika sih? Yuk balik  kecerita aku* hehehe   
Ternyata gini ya rasanya punya temen,kalo kata nom nom gowes sih SENENG BIGGOW haha *itu artinya seneng banget* karena akhirnya perjuanganku untuk mencari teman tidaklah berakhir dengan kegagalan. Ini adalah kali pertama aku mempunyai teman, makanya aku masih kaku saat berteman dengan Tian.

     Saat bersama dengan Tian aku merasa tidak sendirian lagi. Sewaktu di sekolah aku dan Tian sedang berada di kantin.
“Nisa, kamu mau makan apa? Aku traktir ya, aku lagi dapet uang saku lebih dari mama ku nih” ujar Cristian
“Apa aja deh, terserah kamu” jawab ku
“Bakso aja ya”  ujarnya lagi
“Iya, terserah” jawab ku.
Setelah Tian memesan bakso, dia langsung duduk didekat ku. Aku mau menanyakan sesuatu, sebenarnya udah lama aku mau menanyakan hal ini tapi mungkin baru kali ini saat yang tepat.
     “Tian?” aku memanggilnya
     “iya, apa Nis” jawabnya sambil memainkan handphonenya.
     “aku boleh nanya gak?” saut ku
     “iya, mau Tanya apa?” jawabnya mulai agak serius.
     “tapi jangan marah yaaa” ujar ku.
     “iya Nisaaaaa, mau Tanya apa siih” jawabnya sedikit jengkel.
     “Kamu kenapa mau temenan sama aku?” Tanya ku.
     “hahaha kirain mau Tanya apa, sampe serius kaya gini” jawabnya sambil tertawa
     “aku emang Tanyanya serius tiaan” jawab ku jengkel”
     “ya soalnyaaaa…”
Tiba-tiba pesanan baksonya dating di meja ku dan Tian.
     “udah-udah gak usah dibahas, aku mau makan aku laper” ujarnya.
     “yaaaah, jawab dulu dong” jawab ku dengan nada kecewa
     “iya, habis makan aja ya” jawab Tian sambil mengunyah baksonya
Kami pun makan  bersama, tapi ada yang masih mengganjal dan tidak enak pada hati ku karna aku masih penasaran dengan jawaban Tian.
Setelah makan aku langsung mendesak Tian untuk menjawab pertanyaan ku tadi.
     “Tiaaan”
     “apa?” Sautnya.
     “ayo jawaaaaaaabbb” Tanya ku.
     “kamu mau aku menjawab sekarang”
     “IYA IYA IYA!” jawab ku dengan nada antusias
     “Oke, kamu tau kenapa aku mau berteman dengan kamu?” Tanya Tian
     “enggak, emang kenapa?” saut ku
“karna menurut ku kamu beda sama perempuan yang lain. Kamu perempuan yang kuat, kamu perempuan yang selalu bersyukur sama keadaan, kamu juga gak manja” Jawab Tian.
“tapi…. Apa kamu gak malu punya temen yang cacat dan miskin kaya aku?” Tanyaku.
“kenapa harus malu? Justru aku bangga sama kamu” saut tian.
Bel pun berbunyi menandakan waktunya pulang sekolah. Kami pun bergegas ke kelas untuk mengambil tas dan pulang ke rumah masing-masing.

     keesokan harinya, kebetulan di kelas ku kedatangan murid baru dari luar kota yang hanya menetap sementara disini, namanya Rafa Prasetya,kita bisa memanggilnya Rafa. Awalnya kami menganggap bahwa Rafa anak yang baik, tapi lama kelamaan kami sangat terkejud ketika melihat sikapnya yang sangat buruk itu muncul. Sikapnya sungguh sangatlah aneh dihadapanku. Ketika aku sedang susah mencari teman, dia malah meremahkan teman. Tapi mungkin dia belum terbiasa sekolah disini.

     Sewaktu di kantin, saat Rafa sedang minum tiba-tiba Christian lewat lalu tidak sengaja menjatuhkan air minum dan menumpahkannya ke baju Rafa. Emosi Rafa langsung meledak. Rafa hendak menjatuhkan gelas kaca tersebut ke kaki Tian, untung ada aku tahu kejadian itu. Aku segera berlari dan melindungi Tian. Pecahan beling itu melukai tangan dan kaki ku. Walaupun sakit, tapi demi Tian akan aku lakukan segalanya.

     Rafa bertanya padaku. “Kenapa kau melindungi dia, sedangkan dia tidak pernah menolongmu??” akupun menjawab “Karena dia adalah temanku.” Setelah menjawab pertanyaan tersebut aku segera pergi ke UKS untuk mengobati lukaku ,tapi setelah aku melihat ke belakang ternyata Rafa termenung. Entah apa yang dia pikirkan.

     Setelah 2 bulan lamanya Rafa bersekolah disini, aku melihat perkembangan Rafa sejak kejadian waktu aku melindungi Tian dulu. Rafa yang sekarang menjadi lebih penyayang dan perhatian pada temannya. Setelah beberapa bulan, tak terasa pula kini tiba saatnya Rafa untuk pindah ke kota yang lain untuk pergi dengan ayahnya. Sebelum dia pergi kami sempat bertemu dan berbicara sebentar sambil mengucapkan selamat tinggal.
“Annisa terima kasih atas pelajaran yang kau berikan padaku..” Ucap Rafa dengan mata yang berkaca-kaca.
“Ada apa kamu kok sedih gitu? Haa?? Memangnya aku pernah berbuat apa sama kamu Raf??” Jawabku dengan heran.
“Dulu bagiku teman hanyalah sebuah kata yang kecil dan tidak bermakna. Tapi setelah aku bertemu denganmu, aku mengerti betapa berharganya arti kata tersebut.” Saut Rafa.
“Alhamdulillah, akhirnya kamu ngerti juga. Aku juga ikut senang bisa membantumu. Dulu aku tidak punya teman sama sekali. Saat aku melihatmu dulu, aku tak pernah bayangkan bagaimana usaha ku untuk mendapat seorang teman saja. Sedangkan kamu hanya bisa meremehkan mereka. Maka dari itu aku bahagia karena sekarang kamu bisa menghargai teman.” Jawabku.
“Terima kasih Annisa. Kamu memang teman yang baik”

     Sejak saat itu aku mulai merasakan hidup yang sesungguhnya karena bisa menghargai dan dihargai oleh teman yang dulu tak sempat aku dapatkan. Akhirnya aku mengerti, teman adalah suatu ikatan, ikatan yang sangat kita butuhkan dalam hidup. Berkat teman kita bisa mengerti indahnya hidup dan berkat teman kita bisa melakukan semua hal yang tak terduga.

Hari demi hari pun cepat berlalu, tak terasa UNAS pun sudah dekat dihadapan kita, seperti biasa, aku selalu melewati setiap hari ku dengan Tian. Saat mendekati UNAS aku dan Tian lebih giat belajarnya. Aku yang lemah dibidang pelajaran matematika selalu takut dan resah untuk menghadapi ujian matematika yang sebentar lagi akan aku hadapi.

     Sebagai sahabat yang baik Tian pun memberi ku semangat dan selalu mengajari aku matematika, meskipun kadang aku lama banget untuk mengerti :D, tapi dengan sabar Tian terus ngajarin aku.
“Tian, gimana nih bentar lagi UNAS tapi aku masih gak bisa matematika” ujar ku gelisah.
“bukannya kamu gak bisa, tapi belom bisa” jawabnya
“ya sama aja keleees” jabab ku sedikit jengkel
“ya udah deh iya, makannya belajarnya lebih giat lagi biar bisa ngerjain soalnya nanti” ujar Tian.
“oke deeeh, tapi bantu aku ya kalo aku gak bisa” jawab ku
“iya, santai aja” jawab Tian.

Akhirnya UNAS pun berlangsung hari pertama aku bisa mengerjakan dengan baik dan tenang, tapi saat hari kedua dan pelajarannya matematika aku pun kaget dan langsung gelisah karna soal yang dikeluarkan sangat tak kubayangkan. Soalnya sangat susah dan banyak yang tidak aku mengerti “haaduuuuh gimana ini soalnya susah banget banyak yang gak ngerti lagi” ujar ku dalam hati.
Aku pun mengerjakan soal UNAS matematika ini sangat tidak tenang, *Ting Tung Ting Tung* bel pun berbunyi menandakan waktu ulangan sudah selesai. Saat mengumpulkan kertas ulangan aku pun sangat sedih dan hanya bisa pasrah apa hasil ulangan ku nanti “aaaaa gimana ini, aku ada yang belum selesai. Ya udah aku isi terserah aja,pasrah aja”

Aku pun keluar dari kelas dan berhenti di depan gerbang sekolah untuk menunggu Tian. Tak lama Tian pun keluar, tian pun bertanya kepada aku
 “Nis gimana UNASnya tadi? Bisa gak?”
“Yaaah tau sendiri kan aku sekarang gimana” menjawab dengan muka sedih. “Loh kok sedih sih? Emangnya kamu tadi kenapa?”
“aku tadi gak bisa, aku ngerjainnya gak tenang” jawab ku
“loh kok bisa? Ya udah gapapa, berdoa aja yang banyk semoga nilainya bagus. Udah gak usah sedih lagi” jawab Tian
“hmmm iya deh J” jawabku dengan tersenyum.

UNAS pun sudah kita lewati, sambil menunggu hasil UNAS kita di beri waktu liburan selama 1 minggu. Sambil mengisi liburan aku diajak Tian berlibur ke Bandung bersama keluarganya.

Libur pun berlalu, aku sangat deg degan menunggu hasil UNAS ku. Aku dan tian pun menunggu di lorong dekat mading yang akan di tempel kertas hasil ujian, tak lama ada guru yang datang dan membawa kertas hasil ujian. Aku pun langsung mendekati mading dan meninggalkan Tian. Saat hasil ujian di tempel yang pertama aku mencari nama ku, dan tak ku sangka nama CHRISTIAN adalah peringkat pertama. Wooooow! Tian keren banget, jari ku terus menunjuk kebawah dan aku lebih tidak menyangka bahwa aku LULUS dan BERADA DI PERINGKAT 5. Aaaaaah! Aku seneng bangeet!

Aku keluar dari kerumunan siswa kelas 12 yang ingin melihat hasil ujiannya dan langsung mencari Tian, setelah bertemu Tian aku mau ngerjain dia hahaha. Dia tanya ke aku
“Kita lulus kan?”
dengan wajah berpura-pura sedih aku menjawab “kita gak lulus”
“serius?” ujar Tian yang sangat kaget.
Dengan lantang aku menjawab
“KITA LULUS TIAAAAAAN! AKU CUMAN NGERJAIN KAMU, KAMU DI PERINGKAT PERTAMA SEDANGKAN AKU DI PERINGKAT LIMA”
Dengan wajah ingin marah tian menjawab
“Nisaaaaa rese banget sih kamuuu”
“Hahaha kasian banget sih mau aja dikerjain” jawab ku dengan tertawa tebahak bahak.

Setelah lulus aku dan Tian memilih Universitas yang berbeda, Alhamdulillah aku masuk di UI dan memilih jurusan sastra Indonesia sedangkan Tian dia masuk di ITB dan memilih jurusan sastra jepang. Ini pertama kalinya aku gak ngelewatin semua hari ku sama Tian. Hampir 3 tahun aku dan Tian tidak bertemu, meskipun tidak bertemu kita masih tetep berhubungan loo, aku sama Tian tetep cerita tentang hari-hari kita.

Suatu hari, Tian telfon aku.
*kriiiing kriiiing* “Hallooo”
“Hallo, Tiaaaan? Aaa kangen banget udah lama gak ketemu kamu. Apa   kabar kamu?” saut ku.
“sama nih, aku juga kangen sama kamu, baik kok. Kalo kamu gimana?” jawab Tian
“Baik juga kok” jawab ku
“Syukurlaaah, gimana kamu sekarang? Ciye gaya udah jadi anak sastra di UI. Pasti enak banget ya disana” Tanya Tian.
“gak gimana-gimana sih, hahaha apaan sih. Kamu juga kan udah jadi anak sastra di ITB, sastra jepang lagi :p. Enak banget disini aku punya banyak temen baru. Kalo kamu gimana? Oh iya denger denger kamu udah ngeluarin novel ya? Ciyeeee cita-cita kewujud ciyeee” jawab ku.
Kami pun terus bercerita panjang di telfon, sampai-sampai kuping ini rasanya panas banget. Tapi gapapa lah, jarang banget bisa telfon lama kaya gini soalnya kita udah sibuk sama tugas kita masing-masing, oh iya Tian gak berubah. Dia tetep di sukai banyak cewek di sekolahnya *maklum lah dia kan keren*  , dia juga dapet bea siswa S2 di jepang looo. Waaah keren ya, aku juga gak mau kalah sama Tian aku juga lagi nulis beberapa novel yang gak lama lagi mau aku terbitin.

Aku cerita bahwa selama aku di UI dan aku berusaha ngewujudin cita-cita aku sebagai penulis terkenal, yap aku sekarang mulai menulis untuk beberapa novel yang gak lama akan aku terbitin. Sedangkan Tian cerita kalau dia tetep jadi anak yang di puji-puji banyak cewek dan dia juga dapet bea siswa kuliah di jepang. Waah hebat ya, oh iya Tian juga udah ngeluarin novel karangan dia sendiri loo.

   Setelah lama gak ketemu,akhirnya aku ketemu sama Tian. Kita ketemu diacara reuni, aku gak cuma ketemu Tian aku juga ketemu Rafa. Kita duduk dimeja yang sama, disitu kita saling cerita tentang kesuksesan kita masing-masing, kita bercanda-canda ngomongin hal-hal konyol yang pernah kita lakuin dulu, kita juga cerita banyak hal yang menarik setelah lama gak ketemu. Banyak perbedaan dari kita, mulai dari penampilan,muka pokoknya banyak deh.

    Oh iya, Rafa sekarang udah sukses juga dia jadi chef terkenal lo dan dia udah punya restoran sendiri. Kalau ada waktu, aku sama Tian mau diajak makan bareng di restorannya dan aku sama Tian pun setuju. Lumayan lah bisa makan gratisan wkwkwk

   Dari pertrmuan di reuni, kita berencana bikin kerja sama bareng hohoho, karna aku sama Tian seorang penulis. Aku akan bikin buku tentang perjalanan hidup kita, kalo Tian bikin buku tentang suksesnya Rafa jadi chef terkenal yang punya resto sendiri, kalo Rafa yaa di cukup kasih kita makan gratis di restonya tiap hari hahaha jangan deh kasian kalo bangkrut nanti.

    Dari banyak hal yang aku lewati di hidup ku ini,bagi ku teman bukan hanya sekedar kata atau ucapan. Tapi teman adalah satu hal yang paling bermakna dan sangat indah di hidup ini, teman juga mengajarkan banyak hal, teman juga membantu kita menuju kesuksesan. Tanpa teman hidup gak akan berarti,tanpa teman kita gak akan pernah ngersain rasanya berbagi, tanpa teman dunia kita gak akan berwarna.

   Sekarang aku udah ngerasain gimana rasanya punya temen, hidup ku berubah. Semua gelap dan suram hidupku dulu udah berganti jadi jutaan warna yang sangat indah. Aku bisa nunjukin ke semua orang yang selalu membenci dan meremehkan ku dulu bahwa “Annisa Rahma seorang gadis miskin yang sudah tidak mempunyai orang tua,yang hanya tinggal bersama neneknya di sebuah rumah kecil dan kumuh di tempat pembuangan akhir (TPA) dan tidak mempunyai teman telah berhasil mewujudkan cita-citanya menjadi PENULIS SUKSES dan dikenal banyak orang” .



                THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar